Sabtu, 22 Oktober 2011

PERKEMBANGAN ISLAM KHUSUSNYA EKONOMI PADA MASA DAULAH ABBASIYAH

A.           LATAR BELAKANG
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politik, para Khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan falsafah dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
B.           PENDIRIAN BANI ABBAS (750-857 M. – 132-232 H.)
Babak ketiga dalam drama besar politik islam dibuka oleh Abu Al-abbas (750-754) yang berperan sebagai pelopor. Irak menjadi panggung drama besar itu. Dalam khotbah penobatanya, yang disampaikan setahu sebelumnya dimasjid Kufahb, Khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-saffih. Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah Al-Saffah Bin Muhammad Bin Ali Bin Abdullah Bin Al-Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Pada dinasti ini islam mencapai kejayaan dalam segala bidang. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti terpanjang, berlangsung dari tahun 750 - 1258 M.
Dinasty Abbasyah mencapai keberhasilannya disebabkan dasar-dasar yang telah berakar semenjak bani Umayah berkuasa. Ditinjau dari proses pembentukannya, Dinasti Abbasyah didirikan atas dasar-dasar antara lain :
1.      Dasar kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbul dari dinasty sebelumnya.
2.      Dasar universal (bersifat universal), tidak terlandaskan atas kesukuan.
3.      Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan.
4.      Dasar kesamaan hubungan dalam hokum bagi setiap masyarakat islam.
5.    Pemerintahan bersifat muslim moderat, ras Arab hanyalah dipandang sebagai salah satu bagian saja diantara ras-ras lainnya.
6.      Hak memerintah sebagai ahli waris nabi masih tetap ditangan mereka.
Diantara situasi-situasi yang mendorong berdirinya dinasti Abbasiyah dan menjadikan dinasti sebelumnya lemah. banyak terdapat faktor-faktor pendukung beridirinnya Dinasti Abbasiyah antara lain :
1.      Timbulnya pertentangan poitik antara Muawiyah dengan pengikut Ali bin Abi Thalib. (syiah).
2.   Munculnya golongan Khawarij, akibat pertentangan politik antara Muawiyah dengan syiah dan kebijakan-kebijakan yang kurang adil.
3.      Timbulnya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai.
4.      Meningkatnya kekecewaan kaum mawali terhadap penguasa Bani Umayyah
5.   Adanya kekecewaan dari kaum agamawan terhadap pemerintah Bani Umayyah (hal ini karena perhatian penguasa terhadap pengembangan agama sangat kurang)
6. Adanya keinginan masyarakat untuk memperoleh pemimpin kharismatik yang dapat menyelamatkan kehidupan masyarakat
7.      Kebencian Alawiyyin terhadap Bani Umayyah karena tindakan diluar batas, yakni:
• Mewajibkan para khatib Jumat untuk menghina, mencaci, dan melaknat Ali bin Abi Thalib;
• Membunuh para pemimpin Alawiyyin (diantaranya Husein bin Ali bin Abi Thali, Yahya bin
• Zaid, dan Abu Hasyim bin Muhammad bin Al Hanifah);
 Mengkhianati perjanjian Madain (perjanjian antara Muawiyah dan Husein bin Ali)

8.      Pemerintahan Khalifah Umar BIN Abdul Aziz yang adil dan damai
Khalifah-khalifah bani Umayyah –selain Umar bin Abdul Aziz- sangat keras menekan dan membatasi gerakan-gerakan kaum Alawiyyin.
9.      Perpecahan suku-suku bangsa.

Penerus Abu Al-abbas memegang pemerintahan meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan Negara teorekrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler Dinasti Umayah. Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada sholat jum’at, khalifah menggunakan jubah yang pernah dikenakan oleh sepupunya Nabi Muhammad. Akan tetapi masa pemerintahannya begitu singkat. As-saffah meninggal (750-754 M.) karena penyakit cacar air ketika  berusia 30-an.
Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja’far (754-775)yang mendapatkan julukan Al-Manshur adalah khalifah terbesar Dinasti Abbasiyah. Meskipun bukan seorang muslim yang saleh dialah sebenarnya bukan As-Saffah yang benar-benar membangun dinasti baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 berasal dari garis keturunannya.
Masa kejayaan Abbasiyah terletak pada khalifah As-Saffah. Bahwa pada masa keemasan (Golden Prime) Abbsiyah terletak pada 10 khalifah yaitu :
1.      Abul Abbas As-Saffh (133-137 H / 750-754 M)
2.      Abul Ja’far Al-Manshur (137-1159 H / 754-774 M)
3.      Al-Mahdi (159-169 H / 775-785 M)
4.      Musa Al-Hadi (169-170 H / 785-786 M)
5.      Harun Ar-Rasyid (170-194 H / 785-786 M)
6.      Al-Amin (194-198 H / 809-813 M)
7.      Al-Ma’mun (198-218 H / 813-833 M)
8.      Al-Mu’tasim (218-223 H/ 833-843 M)
9.      Al-Watiq (223-228 H / 842-847 M)
10.  Al-Mutawakil (847-861 M)

Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lainya dalam sejarah islam, mencapai kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan. Kekhalifahan Baghdad yang didirikan oleh As-Saffah dan Al-Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, Al-Mahdi dan khalifah kesembilan, Al-Watsiq dan lebih khususnya lagi pada masa Harun Ar-Rasyid da anaknya Al-Ma’mun. Karena kehebatan dua khalifah itulah, Dinasty Abasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik dan menjadi dinasti paling terkenal dalam sejarah islam. Diktum yang dikutip oleh seorang penulis antologi Ats-Tsa’alabi bahwa dari para khlifah Abbasiyah ”sang pembuka” adalah Al-Manshur ”sang penengah” adalah Al-Ma’mun dan ”sang penutup”adalah Al-Mutadhid (892-902) adalah benar.
C.          PERIODESASI MASA ABBASIYAH
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Untuk memudahkan pembahasan periode Abbasiyah dibagi menjadi empat tahap yaitu pendirian, kemajuan, kemunduran dan kehancuran.

D.              D. KEJAYAAN DAULAH ABBASYAH
Masa ini adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek kehidupan antara lain :
a.       Admnistratif pemerintahan dengan biro-bironya
b.      System organisasi militer
c.       Administrasi wilayah pemerintahan
d.      Sector ekonomi (pertanian, perdagangan, dan industri)
e.       Islamisasi pemerintahan
f.       Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, histiografi, filsafat islam, teologi, hukum dan etika islam, sastra, seni dan penerjemahan
g.      Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni music dan arsitek.
Tapi disini saya hanya membahas kejayaan Bani Abbasyah khususnya dibidang ekonomi atau sector ekonomi.
E.      DISEKTOR EKONOMI (Pertanian, Perdagangan Dan Industri)
Kehidupan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari zaman sebelumnya. Menurut  Zaidan, bahwa masyarakat yang ada pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah terbagi menjadi dua kelas yaitu: kelas khusus dan kelas umum.
Sedangkan kemajuan dalam bidang ekonomi ini bisa dilihat dari berkembangnya keuangan kas negara yang banyak. Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah, sistem perekonomian dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, peindustrian dan perdagangan.

Perkembangan Perdagangan dan Industri
Ekonomi imperium Abbasiyah paling dominan digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen di mesir, sutra dari syiria dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan Perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah, Uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan kewangan negara. Dia mencontohi Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
a) Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
b) Membangun armada-armada dagang.
c) Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut.

Perkembangan bidang pertanian
            Pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasty Abbasiyah karena pusat pemerintahanya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang dikenal dengan nama Sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang statusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun secara perlahan-lahan. Mereka membangun saluran irigasi baru sehingga membentuk ”jaringan yang sempurna”.
            Tanaman asal Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas, dan rami. Daerah yang sangat subur berada di bantaran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh didaerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam bunga, seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan.
Selain ketiga hal tersebut, juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah.
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad                        
2. Istana di kota Samarra                                            
3. Bangunan-bangunan sekolah                             
4. Kuttab                                                               
5. Masjid 
6. Majlis Muhadharah 
7. Darul Hikmah          
8. Masjid Raya Kordova (786 M)                  
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)       
10. Istana Al Hamra di Kordova     
11. Istana Al Cazar, dan lain-lain  (Ma’ruf,1996:39-40).                       





DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Setia, 2008.

0 komentar:

Posting Komentar


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More